LAPORAN
PRATIKUM FISIKA
“Jarak
Benda, Jarak Bayangan & Jarak Titik Api”

KELAS XII IPA 1
KELOMPOK 1
NAMA :
1. Agus Setiawan
2. Asri Widayanti
3. Irah Khoiriyah Azzahra
4. Ratih Kristiyana
PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 PUTRI HIJAU
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Ujian Praktek Fisika
sebagaimana mestinya dan terlaksananya menyelesaikan pembuatan laporan pratikum
fisika mengenai
“Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Jarak
Titik Api”.
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat kurangnya
pengetahuan serta pengalaman penulis, oleh karena itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun. Mungkin hanya sekian pengantar ini kami buat, besar harapan bahwa
laporan ini dapat diterima.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Putri Hijau,
Februari 2015
PENULIS
Daftar Isi
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3
BAB 1 : Latar Belakang
4
1.1
Landasan
Teori
1.2
Tujuan
Pratikum
Bab 2 : Alat dan Bahan
4
2.1
Alat
2.2
Bahan
BAB 3 : Prosedur Pratikum
5
3.1
Persiapan Percobaan
3.2
Langkah Percobaan
3.3
Gambar Percobaan
BAB 4 : Hasil Pengamatan
6
4.1
Tabel Hasil Pengamatan
4.2
Pembahasan
4.3
Penghitungan
4.4
Pembahasan Secara Teori
BAB 5 : Penutup ...........................................................................................................................................9
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
Daftar Pustaka..............................................................................................................................................9
BAB 1
Latar Belakang
1.1 Landasan Teori
Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan
perilaku dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Optik dijelaskan
dan ditandai dengan fenomena optik. Kata berasal dari ὀπτική optik Latin, yang
berarti tampilan.
Pembiasan adalah gejala
pembelokan arah rambatan cahaya ketika
cahaya melewati batas dua medium yang
berbeda indek biasnya.
Lensa adalah benda bening
yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung, atau lengkung datar. Benda yang
diamati dengan menggunakan lensa dapat bersifat nyata atau maya, tegak atau
terbalik dan dapat diperbesar atau diperkecil.
Hubungan antara jarak
benda dan jarak bayangan serta fokus lensa dapat dinyatakan dengan rumusan sbb
:
1.2 Tujuan Pratikum
Mempelajari
hubungan antara jarak benda (S), jarak bayangan (S’) dan jarak titik api (f).
BAB 2
Alat dan Bahan
2.1 Alat
1.
Lilin
2.
Korek
api
3.
Meja
optik
4.
Rel
presisi
5.
Lensa
f =100 mm
6.
Lensa
f =50 mm
7.
Penyambung
rel
8.
Kaki
rel
9.
Mistar
30 cm
2.2 Bahan
BAB 3
Prosedur Pratikum
3.1 Persiapan Percobaan
Setelah peralatan disiapkan sesuai daftar alat dan bahan diatas, maka :
a.
Susunlah alat-alat, dengan urutan dari kiri sumber cahaya, lensa f=100 mm,
diafragma, lensa f=50 mm, meja optik/layar.
b.
Sebagai benda digunakan diafragma anak panah yang di terangi oleh sumber
cahaya.
c.
Sebagai layar penangkap bayangan digunakan meja optik yang didirikan.
d.
Potonglah kertas sehingga ukurannya kira-kira 2 cm lebih lebar dari pada
lebar meja optik. Lipatlah kelebihan lebar masing-masing sekitar 1 cm pada tiap
sisi.
e.
Sisipkanlah kertas itu ke dalam meja optik.kertas itu akan bertindak
sebagai pelapis layar, agar layar berwarna putih bersih.
f.
Nyalakan lilin yang digunakan sebagai sumber cahaya.
g.
Sambungkan kedua rel presisi agar diperoleh rel yang lebih panjang.
3.2 Langkah
Percobaan
1.
Atur agar jarak antara sumber cahaya dan lensa f =100 mm sama dengan 10 cm.
2.
Atur agar jarak antara sumber cahaya dan lensa f =50 mm sama dengan 20 cm
sebagai jarak benda (S).
3.
Geser-geser layar menjauhi atau mendekati lensa sehingga diperoleh bayangan
yang jelas (tajam) pada layar.
4.
Ukur jarak layar ke lensa sebagai jarak bayangan (S’) dan isikan hasilnya
ke dalam tabel di bawah ini.
5.
Ulangi langkah (2) s.d (4) untuk jarak-jarak benda seperti yang tertera
dalam tabel di bawah ini.
6.
Lengkapi isian abel di bawah ini dengan hasil perhitungan yang berkaitan
dengan data.
3.3 Gambar
Percobaan

BAB 4
Hasil Pengamatan
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
a. Data-data jarak
benda (S) dan jarak bayangan (S’)
1.4.1 Tabel
Hasil Pengamatan f+ 50
No
|
S
(cm)
|
1/S
|
S’/cm
|
1/S’
|
1/S + 1/S’
|
1/f
|
1
|
20
|
1/20
|
7
|
1/7
|
1/20 + 1/7
|
27/140
|
2
|
30
|
1/30
|
6,5
|
1/6,5
|
1/30 + 1/6,5
|
36,5/195
|
3
|
40
|
1/40
|
6
|
1/6
|
1/40 + 1/6
|
46/240
|
4
|
50
|
1/50
|
6,5
|
1/6,5
|
1/50 + 1/6,5
|
56,5/325
|
5
|
60
|
1/60
|
6,5
|
1/6,5
|
1/60 + 1/6,5
|
66,5/390
|
Tabel
Hasil Pengamatan f+ 100
No
|
S
(cm)
|
1/S
|
S’/cm
|
1/S’
|
1/S + 1/S’
|
1/f
|
1
|
20
|
1/20
|
30
|
1/30
|
1/20 + 1/30
|
1/12
|
2
|
30
|
1/30
|
20
|
1/20
|
1/30 + 1/20
|
1/12
|
3
|
40
|
1/40
|
17
|
1/17
|
1/40 + 1/17
|
57/680
|
4
|
50
|
1/50
|
17
|
1/17
|
1/50 + 1/17
|
67/850
|
5
|
60
|
1/60
|
15
|
1/15
|
1/60 + 1/15
|
1/12
|
b. Hubungan antara
(1/S + 1/S’) dengan 1/f
Dari data yang
diperoleh tersebut dapat diketahui hubungan antara jarak benda(s), jarak
bayangan(s’), dan jarak titik api(f). untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table sebagai berikut.
Hubungan
antara jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik fokus.
f
+ 50
No.
|
S (cm)
|
S’ (cm)
|
f (cm)
|
1.
|
20
|
7
|
5,1
|
2.
|
30
|
6,5
|
5,3
|
3.
|
40
|
6
|
5,2
|
4.
|
50
|
6,5
|
5,7
|
5.
|
60
|
6,5
|
5,8
|
f + 100
No.
|
S (cm)
|
S’ (cm)
|
f (cm)
|
1.
|
20
|
30
|
12
|
2.
|
30
|
20
|
12
|
3.
|
40
|
17
|
11,9
|
4.
|
50
|
17
|
12,6
|
5.
|
60
|
15
|
12
|
Dari table diatas
dapat kita lihat bahwa hubungan antara jarak benda(s) dan jarak bayangan(s’)
berbanding terbalik artinya bahwa semakin besar atau semakin jauh jarak benda
maka semakin kecil jarak bayangannya. Dan dari hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan
(s’) akan menghasilkan jarak fokus (f). hubungan tersebut secara matematis
dapat ditulis dengan persamaan
gauss yaitu :

dari persamaan diatas diketahui
bahwa jarak benda dan jarak bayangan berbanding lurus dengan jarak fokus.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
jarak(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik api(f). Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah meja optic, rel presisi sebanyak 2 buah, lensa
f=100 mm, lensa f=50 mm dan lilin. Alat –alat tersebut disusun sesuai langkah-langkah
percobaan. Langkah pertama yaitu memasang rel presisi, kemudian memasang lilin
sebagai sumber cahaya lalu kemudian meletakkan lensa f=100 mm di depan sumber
cahaya dengan jarak 10 cm kemudian di depannya di pasang diafragma 1 celah.
Untuk lensa f=50 mm di pasang dengan jarak cm dari benda. Kemudian untuk melihat bayangan
yang dihasilkan di pasang meja optic dengan posisi diatur sedemikian rupa
sampai bayangannya tampak jelas. Dalam percobaan ini, dilakukan dengan
menggunakan 2 lensa f=50 mm dan f=100 mm serta dilakukan terhadap 5 jarak benda
pada setiap lensa. Pada lensa pertama di dapatkan jarak titik api yang relatif
sama, yaitu rata-rata sejauh 5 cm. Serta pada lensa keduapun memiliki jarak
titik api yang relatif sama pula, yaitu rata-rata sejauh 12 cm.
4.3 Penghitungan
1/S +1/S’ = 1/f
Contoh pada lensa
50 mm :
dik : S = 20
S’
= 7
Dit : f = ?
=> 1/S + 1/S’ = 1/f
1/20 + 1/7 = 1/f
27/140 = 1/f
f = 140/27 = 5,1 cm
Contoh pada lensa
100 mm :
dik
: S = 20
S’
= 30
Dit
: f = ?
=> 1/S + 1/S’ = 1/f
1/20 + 1/30 = 1/f
50/600 = 1/f
f = 600/50 = 12
cm
4.4
Pembahasan Secara Teori
Hubungan antara jarak
benda(s) dan jarak bayangan(s’) berbanding terbalik artinya bahwa semakin besar
atau semakin jauh jarak benda maka semakin kecil jarak bayangannya. Dan dari hubungan antara jarak benda (s) dan
jarak bayangan (s’) akan menghasilkan jarak fokus (f).
BAB 5
Penutup
5.1 Kesimpulan
·
Hubungan antara
jarak benda (S), jarak bayangan (S’), dan jarak titik api (f) dapat ditulis
dengan persamaan gauss yaitu :

·
Semakin jauh jarak benda, maka jarak
bayangan semakin dekat terhadap lensa.
·
Dalam menggunakan f+ 50 maupun f+100, dari percobaan 1 s.d 5 (1/S + 1/S’)
menghasilkan nilai yang relatif sama besar walaupun dengan jarak yang berbeda.
Berarti, besar 1/f tidak ditentukan oleh jarak benda maupun jarak bayangan.
5.2 Saran
1.
Diharapkan keseriusan dan ketelitian pratikan, agar
percobaan tidak mengalami kesalahan.
2.
Perlu kerja sama yang baik antara pratikan dengan guru
pembimbing.
3.
Hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan
pengukuran.
Daftar Pustaka
Thank's sangat membantu
BalasHapus